Rabu, 23 Maret 2011

HIMMAH mimbar INSAN JN (Edisi Maret 2011)




“INSAN” : BUKAN SEKEDAR KATA
(UNTUK KITA, MANUSIA “INSAN JN”)
Alief_alkendariy*

BAGAIMANA jika kata hanya menjadi simbol, hanya menjadi icon di pundak kita semua? Selama ini yang terasa mungkin –minimal– seperti demikian. Na’dzu billahi min dzalik . kata-kata seharusnya bisa “menyihir” diri kita dalam suatu komunitas INSAN (Manusia). INSAN bukan sekedar kata ini kami tulis sebagai upaya sambung doa serta sumbangsi ukhuwah yang ber-tafakkur sambil ber-tadabbur pada sesama INSAN. Pertanyaan yang seharunya timbul adalah apakah “sihir” kata INSAN selama ini telah kita rasakan atau hanya menjadi wakil forum ini di atas media…?  Apakah INSAN itu…? Tentu bukan sekedar kata,  apalagi singkatan. Karena itu masih kulit luar. Bahkan paling luar dari yang luar. Lantas mana saripatih dan/ataupun bijinya? Jawabannya cukup anda yang tau dan cukup di hati jika anda teriaakkan itu.

***

KATA INSAN, tentu...! minimal kita ketahui memiliki makna manusia. Namun penerapan kata manusia dalam Firman-Firman Allah tidak hanya menggunakan kata al-Insan saja, karena ada keindahan kata-kata lain pilihan Allah, misalnya, Al-Basyar, An-Nas, ataupun Bani Adam. Dari sinilah kita akan temukan titik penekanan yang sangat berbeda dalam penggunaan masing-masing kata itu secara linguistik. Dan kami ingatkan lagi… ini bukan sekedar kata-kata buta yang tertata. Sekali lagi, Bukan.

Kata Al-Basyar secara etimologi berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Penamaan ini menunjukan bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya, dibanding rambut atau bulunya (lihat : Al-Raghib al-Isyfaniy, al-mufradat fi gharib al-Qur’an, Beirut ; Dar al-Ma’arif, t.t, h. 46-49). Disini hanya ingin membedakan segi biologis manusia dengan hewan yang lebih di dominasi bulu atau rambut. Semmentara dalam kitab lisan al-Araby karangan ibn Manzhilir, menyatakan kkata Al-Basyar dappat diartikan mulamasah,  yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan. Dan secara etimologis ini, kata tersebut berlaku bagi siapa pun manusia di muka bumi dengan keterbatasan sifatnya itu.  

Kata An-Nas lebih bersifat umum dibanding kata Al-Insan, Karenna kata An-Nas menunjukan pada eksistensi manusia sebagai makhluk social secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan dan kekafiran (lihat : Al-Raghib al-Isyfaniy, al-mufradat fi gharib al-Qur’an, Beirut ; Dar al-Ma’arif, t.t, h. 509).

kata Bani Adam, secara eksplisit juga memiliki keumuman, namun ada batasan tertentunya, dari uraian berbagai mufassir, seperti al-Thabathaba’i dalam kitabnya al-mizan fi tafsir Al-Qur’an dan juga ibnu ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabary dalam kitabnya jami’ al-bbayan ‘an Ta’wi : aiy al-Qur’an, dapat tersimpulkan bahwa kata Bani Adam lebih diletakkan pada aspek amaliyah manusia sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa aktivitas itu dilakukan. Lalu bagaimanakan denga kata al-Insan atau Insanun itu…?

***

ADA APA DENGAN KATA INSAN ?

Kata Al-Insan berasal dari kata Al-Uns, dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 73 x dan tersebar dalam 43 surat (Muhammad Fu’ad Abdul  Al-Baqi, Al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Qur’an al-Karim, Qahirah : Dar al-Hadis, 1988, h. 153-154)
Secara etimologi, Al-Insan dapat diartikan Harmonis, lemah lembut, tampak, dan pelupa.

Kata Al-Insan digunakan al-Qur’an untuk menunjukan totalitas Insan sebagai makhluk jasmani dan rohani. Harmonisasi kedua aspek tersebut –dengan berbagai potensi yang dimilikinya – menggantarkan Insan sebagai makhluk Allah yang unik dan istimewa, sempurna, dan memiliki diferensiasi individual antara satu dengan yang lain, dan sebagi makhluk dinamis, sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi.

Perpaduan antara aspek fisik dan psikis telah membantu Insan untuk mengekspresikan dimensi Al-Insan dan Al-Bayan, yaitu sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui baik dan buruk, mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban, dan lain sebagainya (Muhammad ibn Ali al-Syaukani, Fath al-Qadir : Kairo, Musthafa al-Babiy al-Halabiy, 1964. h. 465). Dengan kemampuan ini, Insan akan dapat membentuk dan mengembbangkan diri dan komunitasnya sesuai dengan nilai-nilai Insaniyah yang mmemiliki nuansa nuansa ilahiyah yang hanif : integralitas ini akan tergambar pada nilai iman dan bentuk amaliayahnya (Q.S 95 : 6). Dengan kemampuannya ini, Insan akan mmampu menggemban amanah Allah di muka bumi secara utuh. Namun demikian manusia / Insan sering lalai bahkan melupakan nilai Insaniyah yang dimilikinya dengan berbuat berbagai bentuk mafsadat (kerusakan) di muka bumi.

Pada beberapa ayat, Allah SWT mempersandingkan kata Al-Insan dengan kata syaithan. Ayat-ayat tersebut pada umumnya berisikan peringatan Allah, agar Insan senantiasa sadar dan menempatkan posisi fitrahnya sesuai dengan yang diinginkan Allah, yaitu pada posisi yang hanif :
Firman Allah :
Artinya :
“ Ayahnya berkata : “ hhai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat mmakkar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi Insan”. (Q.S Yusuf [12] :5)

Hal yang sama juga dibacakan dalam ayat ini ;
Artinya :
Dan katakanlah kepada hamba-hambaku : “hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitah itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syathan itu adalah musuh yang nyata bagi Insan,”. (Q.S. Al-israda [7]:53)

Kata Al-Insan  juga digunakan dalam Al-Qur’an untuk menjelaskan sifat umum, serta sisi-sisi kelebihan dan kelemahan Insan. Hal ini terlihat dalam Firman Allah dalam Al-Qur’an, seperti yang telah kami kutip dari poin yang telah dipilih oleh prof. dr. Ramayulis dan Dr. Samsul Nizar. M.A dalam bukunya Filsafat Pendidikakn Islam,   yakni  :
  1. Tidak semua yang diinginkan Insan berhasil dengan usahanya bila Allah tidak menginginkannya. Disini terlihat secara jelas adanya unsure keterlibatan Tuhan dalam realitas apa yang dicita-citakan dan kelemahan Insan sebagai makhluk pada sisi yang lain
(lihat : Q.S An Najm [53] : 24-25)
  1. Gembira bika dapat nikamat, serta susah bila dapat cobaan. Kesemuanya itu terjadi karena Insan sering melupakan nikmat yang diberikan Allah (ingkar nikmat). Hal ini terlihat pada Firman Allah (lihat : Q.S. Asya Syuura [42]: 48)
  2. Insan sering bertindak bodoh dan dzalim, baik terhadap dirinya maupun makhluk Allah lainnya. (lihat : Q.S. Al-Ahzab [33] : 72)
  3. Insan seringkali ragu dalam memutuskan persoalan sikap ini terga,mbar pada firman Allah dalam Q.S. Maryam [19] : 66-67
  4. Insan bila mendapatkan kenikmatan materi, seringkali lupa diri dan bersifat kikir. Padahal, sikapp yang demikian merupakan sikap yang telah menyeretnya pada sisi kerugian yang nyata. Hal ini dinukilkan Allah dalam Q.S Al-Israa’ [17] : 100, Al-Ma’aarij [70] : 19, dan At-Takaatsur [103] : 2. sikap yang demikian telah membuat Insan bersikap ingkar pada Tuhannya, dan seringkali berputus asa. Padahal semua itu berasal dari Allah . sikap ini dinyatakan Allah dalam Q.S. ibrahim [14] : 34, Al-israa [17] : 67, dan 83, Al-Kahfi [18] : 54, Al-Hajj [22] : 26, Az Zumar [39] : 8 dan 49, Az-Zukhraf [43] : 15. sesungguhnya Allah senantiasa mengetahui apa-apa yang ada dalam hati Al-Insan.
  5. Insan adalah makhluk yang lemah (Q.S An-Nisaa’ [4] : 28), gelisah dan tergesa-gesa (Q.S Huud [11] : 9, Al-Anbiya [7] : 11, Al-Israa [21] : 37)
  6. kewajiban Insan untuk berbuat baik pada kedua orang tuanya. Tuntutan ini di nukilkan Allah dalam Q.S Al-Ankabut [29] : 8, luqman [31] : 14, dan Al-Ahqaaf [46] : 15
  7. Peringatan Allah agar Insan waspada terhadap bujukan orang-orang munafiq (Q.S Qaaf [59] : 16), adanya kebangkitan dari alam kubur (Q.S Al-Qiyamah [73] : 3, 5, 10, 13, 14, 36, An-Naaziyat [79] : 35, Abasa [80] : 17, Al-Infihar [82] : 6, Al-Muthaffifin [83] : 6, Al-Fajr [89] : 23) dan memperhatikan maknanya (Q.S [80] : 24)

Kata Al-Insan digunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjukan proses Insan sesudah Adam. Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam rahim (Q.S. An Nahl [16] : 78 ; Q.S Al-Mu’minun [23] : 12-14). Penggunaan kata Al-Insan dalam ayat ini mengandung dua makna :
  1. makna proses biologis, yaitu dari saripatih tanah memlalui makanan yang dimakan Insan, sampai pada proses pembuahan.
  2. makna proses psikologis (pendekatan spiritual), yaitu proses ditiupkan ruh-Nya pada diri manuia, berikut berbagai potensi yang dianugerahkan Allah kepada Insan.
Untuk itu Insan diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa mengarahkan seluruh aspek amaliyahnya pada realitas kedudukannya pada Allah, tanpa batas, tanpa cacat, dan tanpa akhir. Sikap yang demikia akan senantiasa mendorong dan menjadikan untuk cenderung berbuat kebaikan dan ketundukan pada ajaran tuhannya. (Qurai Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung ; Mizan, 1994. h. 69-70)

Oleh karena itu, agar Insan  hidup sesuai dengan nilai dan tuntunan Ilahi, maka Insan dituntut untuk menggunakan akal dan potensi fisik dan psikis yang dimilikinya secara optimal, dengan tetap berpedoman pada ajaranNya.

Dari pemaknaan Insan kata Insan, terlihat sesungguhnya Insan (Insan) merupakan makhluk Allah yang memiliki sifat-sifat Insanwi yang positif dan negative. Agar Insan bisa selamat dan mampu mengfungsikan tugas dan kedudukannya di muka bumi dengan baik, maka Insan (Insan) harus senantiasa mengarahkan seluruh aktivitasnya, baik fisik –terutama – psikis sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Dan kini kita bersama-sama menyadarinya. INSAN (JN ataupun yang lainnya) tidak akan terlepas dari term kita sebagai INSAN kata, tapi lebih sebagai INSAN Khaloifah di muka bumi ini.
Harapan kita, INSAN JN bukan sekedar INSAN (Ikatan Santri) tapi juga makna esensial tujuan dari INSAN Khalifah seluruh dunia. Selamat merenung…! Selamat ber-tadabbur…!

 “Jika” ingin mengetahuinya dengan renungan tadabbur yang membara dan rasa iradah serta himmah yyang memuncak, lacaklah ayat demi ayat yang belum di paparkan secara rinci.
Wallahu A’lam bi as-Showaab…
  
   
*Penulis adalah “INSAN JN” 

Waaaahhhh.... Seeruuu...! 
silahkan saksikan penciptaan INSAN di video ini...! moga menggugah diri INSANIYAH kita...!
          

    Wassalam
Salam INSAN JN
bagi INSAN JN yang ingin berpartisipasi dalam HIMMAH mimbar INSAN JN edisi bulanan
segera mengirimkan opininya dalam betuk upload di FB INSAN JN, atau kirimkan dalam bentuk file ke alamat email koordinator mimbar INSAN JN di :
alief_alkendariy@yahoo.co.id
____________
TEMA EDISI BULAN RAMADHAN :
MENGENAL KARAKTER PESANTREN JABAL NOER
(judul oponi/kisah/cerita, bebas)

"Selamat bertafakkur...!"
tertanda

ketua INSAN JN
M. Alfithrah Arufa, S.Pd.I



Jumat, 11 Maret 2011

Inventaris mimbar AL-INSAN



Pintu utama ilmu adalah diam, yang kedua mendengarkannya, yang ke3 mengamalkannya, ke4 menyebarkannya, dan mengajarkannya (thobar FB, by op albasyry)

Semakin tinggi air bersumber, makin sejuk dan bersih airnya, semakin tinggi derajat seseorang, makin tentram semua yang ada di dekatnya (sms Thobari, 04/03/11)

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kau sedang belajar tentang ketulusan
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar keikhlasan
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kau belajar tentang mema’afkan
Ketika kau harus lelah dan kecawa, maka saat itu kau sedang tentang belajar tentang kesungguhan
Ketika kau merasa sepi dan sendiri, maka saat ittu kau sedang belajar tentang ketangguhan
Jadikan semua peristiwa sebagai pelajaran. (sms Alan, 05/03/11)

Allah Swt tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru bunga selalu mekar dan mentari selalu bersinar, api ketahuilah bahwa dia selalu memberi pelangi disetiap badai, senyum disetiap air mata, berkah disetiap cobaan, dan jawaban di setiapp doa… jangan pernah menyerah terus berjuanglah, coz life is so beautiful..,
hidup bulanlah suatu tujuan melainkan perjalanan,,, nikmatilah dan berfikir positif…
(sms Geby, 07/03/11)

2 hal yang harus diingat:
1. kebaikan orang lain kpd kita
2. kburukan kita pada orang lain
2 hal yang harus dilupakan:
1. kebaikan kita pada orang lain
2.keburukn orang pada kita
(SMS, Geby. 10/03/11)

Nasihat kubur :
1. aku adalah tempat paling gelap, maka terangilah naku dengan tahajjud
2. aku adalah tampat yang paling sempit, maka luaskanlah aku dengan bersilaturahmi
3. aku adalah tempat yang paling sempit, maka ramaikanlah aku dengan perbanyak baca Al-Qur’an.
4. aku adalah tempatnya binatang-binatang yang menjijikkan, maka racunilah ia dengan amal sedekah.
5. aku adalah tempat mungkar dan Nakirb ertanya, maka persiapkanlah jawabanmu dengan perbanyak mengucapkan kalimat LA ILAHA ILLALLAH
(SMS Geby, 10/03/11)


Bagaimana akan terang hati seseorang yang gambar dunia ini terlukis dalam hatinya
Bagaimana akan pergi menuju pada Allah, padahal ia masih terbelenggu oleh syahwat hawa nafsunya.
Bagaimana mengharap akan mengerti rahasia yang halus, padahal ia belum taubat dari kekeliruannya...
(SMS Alan A. 10/03/11)


5 Hal diberikan pada yang istiqomah dalam sholat jama’ah ;
1. tidak fakir
2. dibebaskan siksa kubur
3. menerima catatan amal dengna tangan kanan,
4. nguwot ing sirot kayo kilat.
(SMS Thorik, 11/03/11)

silahkan kirim kata2 motivasi antum semua via FB/HP teman2 antum..., insyaAllah akan kami publikasikan di blog INSAN JN, moga manfaat.... !


Rabu, 02 Maret 2011

INSAN JN SEDANG BERAKSI

 
Ψ§Ω„Ψ³Ω„Ψ§Ω… ΨΉΩ„ΩŠΩƒΩ… ΩˆΨ±Ψ­Ω…Ψ© Ψ§Ω„Ω„Ω‡ ΩˆΨ¨Ψ±ΩƒΨ§ΨͺΩ‡
Salam INSAN JN
Salam bagi semua manusia Jabal Noer

Ada kalanya kita sebagai manusia sangat butuh motivasi dan inspirasi dari seorang sahabat agar hidup ini tidak down, tidak putus asa, dan tidak terus terlena dalam keterpurukan. Selain bantuan dan saran dari sahabat yang bisa diajak untuk berbagi, kita juga butuh kata-kata yang bisa membangkitkan gairah dan semangat supaya kita terus bangkit. bagaimanakah jika sahabatmu ada disaat kau butuh motivasi darinya.

para INSAN JN yang budiman, minimnya gerak bukan indikator utama saat kita butuh kesuksesan dalam tahapan awal. membuka niat yang ikhlas lagi luas dgn kesungguhan INSAN JN terhadap INSAN JN. keterbatasan kita merupakan motivasi kita sendiri. 

sebagai langkah awal kita (baik santri aktif JN, terutama alumni) kami mohon dengan sangat dan keikhlasan kepada antum, setelah membaca pesan ini, untuk mencoba mengirimkan pesan di dinding FB ini atau sms ke no 081332219181 (ketua INSAN JN) atau 085730074112 (sekretaris INSAN JN)  dengan format pesan sebagai berikut:
----------------------------------------------------------------------------------
nama lengkap anda_tahun masuk pondok_alamat lengkap_no hp/tlp anda yang aktif_3 nama & no hp/tlp (yang aktif) teman/alumni JN yang anda kenal.
contoh :
M. Alfithrah Arufa_2002_Kendari Sulawesi Tenggara_081332219181_agus salim (085730074112),Thobari (085731161061), Thoriq (085648133656).
---------------------------------------------------------------------------------- 

->kirim saat ini juga, dan temukan teman-teman INSAN JN terbaik      kamu sekarang juga...!
-> jika anda memiliki lebih dari 3 nama & no teman/alumni yang anda kenal, boleh dikirim sekaligus atau  dikirim dilain kesempatan antum (cukup nama & no teman/alumni yang anda kenal saja)
formatnya seperti :
3 nama & no hp/tlp (yang aktif) teman/alumni JN yang anda kenal.
contoh :
agus salim (085730074112),Thobari (085731161061), Thoriq (085648133656).

~~~
saat ini gerakkan niat anda yang ingin ikhlas itu demi kesuksesan INSAN JN bersama...! amin-amin ya rabbal 'alamin...

TUNGGU KABAR PROGRAM MISI BESAR INSAN JN SELANJUTNYA di HP/FB antum...semoga bisa berwujud FISIK nantinya*.


jaga silaturahmi dan raih ukhuwah islamiah kita bersama INSAN JN


ΩˆΨ§Ω„Ψ³Ω„Ψ§Ω… ΨΉΩ„ΩŠΩƒΩ… ΩˆΨ±Ψ­Ω…Ψ© Ψ§Ω„Ω„Ω‡ ΩˆΨ¨Ψ±ΩƒΨ§ΨͺΩ‡

Yogyakarta, 03 Maret 2011
tertanda'

ketua INSAN JN

----------------------------------------
* FISIK ini bisa tercipta dengan kesiapan kita untuk mengirimkan kata2 mutiara penyemangat buat sahabat INSAN JN kita.
INSAN JN akan mencoba menerbitkannya dalam bentuk buku hasil karya INSAN JN senusantara.moga manfaat 








 

Senin, 06 Desember 2010

TARBIyyah

DESIGN MADRASAH (SEKOLAH) MENJADI “KAYA”
(Tela’ah Managerial Budget Dalam Ranah Pendidikan Islam)

Oleh : M. Alfithrah Arufa, S.Pd.I


  1. Pendahuluan
Berangkat dari Firman Allah Subhanahu Wata’ala  yang artinya :
….Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Q.S Al-Baqoroh [2]: 197).
Sekilas ada subuah intruksi kongkrit yang perlu kita analisis lebih dalam firman Allah tersebut, seakan mengajak kita untuk berfikir, kalau segala urusan memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, apapun targetnya dan bagaimanapun jalurnya tentu tidak akan keluar dari lingkaran sebuah bekal atau modal. Begitu pula dengan urusan kelembagaan ataupun birokrasi dunia pendidikan, terlepas dari kompleksnya sumber bekal tersebut, uang (budget) merupakan salah satu bekal yang urgen dalam upaya menghidupkan roda-roda struktural lembaga pendidikan dalam hal ini adalah sekolah beserta mekanisme hingga sarana dan prasarana penunjang dalam mencapai target-targetnya.
Selama ini ada kesan bahwa keuangan seolah menjadi segalanya dalam memajukan sutu lembaga pendidikan, tanpa dukungan financial yang cukup, top manager lembaga pendidikan seakan tidak bisa berbuat banyak dalam upaya memajukan lembaga pendidikan yang dipimpinnya, karena mereka berpikir semua upaya memajukan senantiasa harus dimodali uang. Seakan upaya memajukan lembaga pendidikan tersebut tanpa adanya dukungan financial (uang) akan mendeg di tengah jalan.[1]  
Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan terutama bagi pendidikan Islam, dalam mewujudkan kualitas pendidikan yang diharapkan tersebut, perlu adanya pengelolaan secara menyeluruh dan profesional terhadap sumberdaya yang ada dalam lembaga pendidikan Islam dan salah satu sumber daya yang perlu dikelola dengan baik dalam lembaga pendidikan Islam adalah masalah keuangan. Dalam konteks ini keuangan merupakan sumber dana yang sangat diperlukan oleh sekolah Islam dalam meningkatkan kualitas pengajar maupun pelajar. Oleh karena itu, seorang top manager sebagai pimpinan pendidikan di sekolah harus mengetahui dan mampu mengelola keuangan sekolah Islam dengan baik bertanggung jawab dan transparan kepada masyarakat dan pemerintah.[2] Hal ini diharapkan guna mencapai sekolah islam (baca: Madrasah) yang “kaya” dalam segala hal yang positif-produktif dan konstrukif sesuai dengan firman Allah pada ulasan sebelumnya (lih : Q.S Al-Baqoroh [2]: 197).          
            Fenomena uang sebagai alat yang bisa dikatakan vital itu, telah mengundang perhatian yang sangat besar bagi kalangan aktor pendidikan, seolah-olah ada dua wajah yang nampak antara kebutuhan dan kepentingan, penggalangan dana yang rumit terutama bagi kalangan lembaga pendidikan swasta pemula. Sehingga donator (mungkin saja pemerintah) harus beradu antara dana atau kepercayaan dari ratusan ajang kreatifitas membuat proposal dari berbagai lembaga yang dirinya membutuhkan bahkan yang membutuhkan dirinya. Sekarang mari kita pikirkan mana yang lebih penting, dana atau kepercayaan dalam upaya memajukan lembaga pendidikan Islam? Dalam hal ini peranan manajemen keuangan sangat penting dalam mengatur kestabilan keuangan dan anggaran pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan Islam. ada kekeliruan atau tidaknya prosedur keuangan lembaga pendidikan Islam tentu tergantung pada kualitas system manajemen yang di terapkan. 
            Makalah yang berjudul “Design Madrasah (Sekolah) Menjadi Kaya” ini seolah-olah mengandung ambiguitas upaya sajian anlisa, di satu sisi judul ini sebuah intruksi dan di sisi lain mungkin sebagai referensi bagi kalangan pendidikan. Bagaimanakah menurut anda ?

  1. Kajian Umum Manajemen Keuangan Pendidikan
1.      Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dalam arti sempit adalah tata pembukuan. Sedangkan dalam arti luas adalah pengurusan dan pertanggung jawaban dalam menggunakan keuangan baik pemerintah pusat maupun daerah. [3]
Menurut R. Agus Sartono, manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif dan efesien maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efesien.[4]
Maka berdasarkan pengertian tersebut manajemen keuangan disini mengarah pada uang dan bagaimana mengatur keuangan agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen keuangan dalam pendidikan menuntut lembaga pendidikan formal melakukan suatu usaha pengelolaan sumber keuangan, pemanfaatan keuangan, mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan dengan baik.

2.      Tahap-tahap manajemen keuangan
Menurut Thomas. H. Jones, manajemen memiliki tiga tahapan penting[5] yang jika di terapkan dalam pengelolaan keuangan akan ditemukan singkronisasi,  yaitu :
a.       Perencanaan, yaitu penyusunan anggaran (budgeting)
Penganggaran merupakan proses kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Budget ini merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalm bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu.[6] Penganggaran memeliki beberapa karakteristik dan fungsi.


Ø      Karakteristik Anggaran
Anggaran pada dasarnya memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Sisi penerimaan atau sisi pemerolehan biaya ditentukan oleh besarnya biaya yang diterima oleh lembaga dari summer dana, misalnya dari pemerintah, masyarakat, orang tua peserta didik dan sumber-sumber lainnya.[7]
Ø      Fungsi Anggaran
Anggaran disamping sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian, juga merupakan alat Bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah. Oleh karena itu anggaran jiga dapat berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Disaming itu, anggaran dapat pila dijadikan sebagai alat untuk memperngaruhi dan memotivasi pimpinan dan manajer dan karyawan untuk bekerja efisien dalam mencapai  sasaran-sasaran lembaga.[8]
Jika kita melihat perkembangannya, anggaran mempunyai manfaat yang dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu :
ΓΌ      Sebagai alat penaksir,
ΓΌ      Sebagai alat otoritas pengeluaran dana, dan
ΓΌ      Sebagai alat efesiensi.[9]
Ø      Prinsip-Prinsip dan Prosedur Anggaran
Prinsip-prinsip penyusunan anggaran bila dikaitkan denggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian menurut Nanang Fattah adalah sebagai berikut :
ΓΌ      Adanya pembagian wewenang dan tangggungjawab yang jelas dalam sisttem manajemen dan organisasi.
ΓΌ      Adanya system akuntansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran.
ΓΌ      Adanya penelitian dan analisa untuk menilai kinerja organisasi.
ΓΌ      Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang ppaling bawah.[10]
Ø      Bentuk-bentuk Anggaran
Macam-macam bentuk anggaran adalah sebagai berikut :
ΓΌ      Anggaran butir per butir (line item budget)
Anaggaran butir per butir ini merupakan bentuk anggaran yang paling simpel dan banyak digunakan . dalam bentuk  ini setiap pengeluaran dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori, misalnya gaji, upah, honor, menjadi satu kategori atau satu nomor atau butir, dan perlengkapan, sarana, material dengan butir tersendiri.[11] 
ΓΌ      Anggaran program (Program budget system)
Bentuk anggaran ini dirancang untuk mengidentifikasi biaya setiap program. Anggaran program dihitung berdasarkan jenis program. Sebagai bahan perbandingan kalau dalam anggaran butir per butir disebutkan gaji guru, sedangkan dalam anggaran program disebut gaji uuntuk perencanaan pengajaran IPA sebagai salah satu komponen dan menyangkut semua kaitannya dengan pelajaran IPA.[12]  
ΓΌ      Anggaran berdasarkan kinerja (Performance-based budget)
Benntuk ini sesuai namanya menekankan kinerja (performance) dan bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran. Anggaran berdasarkan hasil ini merupakan alat manajemen yang dapat mengidentifikasi secara jelas satuan dari hasil suatu program dan sekaligus merinci butir per butir dari kegiatan yang harus dibiayai.[13] 
ΓΌ      Sistem Perencanaan Penyusunan Program Dan Penganggaran (SP4) / Planing Programing Budgeting System (PPBS).
PPBS ini merupakan kerangka kerja dalam perencanaan dengan mengorganisasikan informasi dan menganalisisnya secara sistematis. Dalam  PPBS ini tiap-tipa tujuan suatu program dinyatakan dengan jelas, baik jangka pendek maupun jangka penjang, dalam proses ini data tentang biaya, keuntungan, kelayakan suatu program disajikan secara lengkap sehingga pengambil keputusan dapat menentukan pilihan program yang dianggap paling menguntungkan.[14]
Ø      Azas-Azas Dalam Anggaran
Berikut in adalah Azas-Azas Dalam Anggaran dalam biaya pendidikan:
ΓΌ      Azas Plafond ; anggaran belanja tidak boleh melebihi jumlah tertinggi dari standar yang telah ditentukan.
ΓΌ      Azas pengeluaran berdasarkan mata anggaran ; pengeluaran pembelanjaan harus didasrkan pada anggaran yang telah ditetapkan.
ΓΌ       Azas tidak langsung ; adalah ketentuan bahwa setiap penerimaan uang tidak boleh digunakan secara langsung untuk keperluan pengeluaran.[15]

b.      Pelaksanaan, yaitu pembukuan/akuntansi (accounting)
kegiatan kedua dalam manajemen pembiyaan adalah akuntansi, merupakan bahasa yang digunakan untuk mengembangkan hasil kegiatan ekonomi. Kegeiatan-kegiatan tersebut melibatkan konversi (perubahan) sumber daya yang ada menjadi barang dan jasa yang bisa dipakai. Oleh karena itu accounting berkaitan dengan mengukur dan menyingkap hasil dari kegiatan konversi sumber daya tadi.
Fungsi akuntansi bagi badan usaha dan masyarakat adalah menyajikan informasi kuantitatif tertentu yang dapat digunakan oleh pimpinan entitas ekonomi maupun pihak lainnya untuk mengambil keputusan. Berikut ini adalah komponen-komponen system akuntansi : 1) Bagan perkiraan, 2) Buku besar 3) Jurnal, dan 4) Buku cek.[16]


c.       Penilaian, yaitu pemeriksaan (auditing)
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian barang bukti ttentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.[17] Dalam hal ini auditing berkaitan dengan pertanggung jawanban penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenag.[18] 
Adapun jenis-jenis auditing adalah sebagai berikut ;
ΓΌ      Audit laporan keuangan
Bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi, telah disajikan sesuuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
ΓΌ      Audit operasional
Merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi unutk menilai efesiensi dan efektifitasnya. Dalam audit operasional, tinjauan yang dilakukan tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap strukstur  organisasi, pemanfaatan komputer, metode produksi, dan bidang-bidang lain sesuai dengan keahlian auditor. Pada dasarnya auditor operasional cendrung memberikan saran perbaikan prestasi kerja dibandingkan melaporkan keberhasilan prestsasi kerja yang sekarang. Dalam hal ini audit operasional lebih merupakan konsultasi manajemen dari pada audit.[19]  
ΓΌ      Audit ketaatan
Audt ini bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar, tetapi dalam pihak tertentu dalam organisasi atau lembaga. Pimpinan organiisasi adalah pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.[20]  

Kegiatan lain yang berkaitan dengan manajemen keuangan adalah membuat laporan pertanggung jawaban keuangan kepada kalangan internal lembaga atau eksternal yang menjadi stakeholder lembaga pendidikan. Pelaporan bisa dilakukan secara periodik seperti laporan tahunan dan laporan pada amasa akhir masa jabatan   pimpinan. [21]

Ø      Hal-Hal Yang Berpenggaruh Terhadap Dana Pendidikan
Pembiayaan penndidikan tidak pernah teteap dan akan selalu berkembang dari tahun ke tahun. Secara garis besar perubahan pembiayaan pendidikan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu factor eksternal dan internal.
Faktor eksternal
ΓΌ      Berkembangnya demokrasi pendidikan
ΓΌ      Kebijakan pemerintah
ΓΌ      Tuntutan akan pendidikan
ΓΌ      Adanya inflasi
Faktor internal
ΓΌ      Tujuan pendidikan
ΓΌ      Pendekatan yang digunakan
ΓΌ      Materi yang disajikan
ΓΌ      Tingkat dan jenis pendidikan[22]

  1. Manajemen Keuangan Pada Lembaga Pendidikan Islam (Madrasah)
1.      Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan sekolah Islam
Penggunaan keuangan dalam lembaga pendidikan Islam didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a.       Hemat tidak mewah, efesien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan
b.      Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program atau kegiatan.
c.       keharusan penggunaa kemampuan.[23]

2.      Perencanaan Anggaran Sekolah Islam
Kepala sekolah diharuskan mampu menyusun Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja sekolah  (RAPBS). Oleh karena itu kepala sekolah harus mengetahui sumber-sumber dana yang merupakan sumber daya sekolah.  Sumber dana tersebut antara lain meliputi dana rutin, dana penunjang pendidikan (DPP), Subsidi Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan (SBPP), Bantuan Operasional dan Perawatan (BOP), Bantuan Operasional sekolah (BOS), BP3, donator, badan usaha serta sumbangan lain-lain. Untuk sekolah-sekolah swasta sumber dana bersumber dari SPP, subsidi pemerintah, donator, yayasan, masyarakat secara luas.[24]
Selain itu biasanya sekolah islam juga mengembangkan penggalian dana dalam bentuk :
a.       Amal jariyah ; diwujudkan dalam bentuk sumbanagan orang tua siswa baru. Formulir sumbangan ini diberikan setelah siswa dinyatakan diteriama menjadi siswa pada suatu sekolah.
b.      Zakat Mal ; dalam hal ini BP3 bisa mengedarkan formulir zakat mal kepada orang tua  siswa pada settiap bulan Ramadhan.
c.       Uang Syukuran ; orang tua diharapka bisa mengisi kas sekolah Islam secara sukarela sebagai rasa syukur tatkala anaknya masuk kelas.
d.      Amal Jum’at ; sebagai salah satu sarana untuk ikhlas beramal bagi setiap siswa, maka BP3 bisa mengedarkan kotak amal kepada siswa secara sukarela.[25]
                                     
3.      Sumber anggaran yang digali oleh lembaga pendidikan Islam.
Secara umum pembiayaan lembaga pendidikan Islam dapat berasal dari :
a.       Orang tua murid dan masyarakat (perorangan dan dunia usaha)
b.      Pemerintah, baik berupa dana rutin (institusi negeri) maupun bantuan (bagi institusi swasta)
c.       Bantuan lain yang seperti pinjaman luar negeri yang diperuntukkan bagi pendidikan, sepperti UNICEF atau UNESCO, pinjaman Bank Dunia, Bank pembanguna Asia, atau Bank pembangunan Islam.[26]
Proses penggalian dana ini tentunya memerlukan kepercayaan yang  kuat antara top manager ataupun pihak yang bertuga menggali dana terhadap calon donator yang menjadi daya pendidikan lembaga tersebut. Ada beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam membina kepercayaan, yaitu sebagai berikut :
ΓΌ      Pihak yang mengajukan proposal kepada calon donator haruslah orang yang terkenal jujur, bersih dan amanat.
ΓΌ      Lembaga pendidikan Islam harus mampu menunjukan bahwa bantuan dari pihak-pihak lain yang diterima saat ini dimanfaatkan secara benar dan dapat dibuktikan.
ΓΌ      Pihak yang mengajukan bantuan bersama kelompoknya haruslah orang-orang yang dikenal memiliki semangat besah untuk menghidupkan lembaga pendidikan Islam.
ΓΌ      Calon donator harus bida diyakinkan bahwa pelaksanaan program benar-benar sangat penting. Bahkan menndesak untuk diwujudkan.
ΓΌ      Calon donator perlu disadarkan bahwa bantuan yang akan diberikan akan membangun lembaga pendidikan Islam merupakan shadaqah jariyah yang pahalanya terus mengalir.[27]

4.      Penggunaan Anggaran Sekolah Islam
Dilihat dari segi penggunaannya, sumber dana dapat di bagi sebagai berikut :
a.       Anggaran untuk kegiatan rutin, yaitu gaji dan biaya operasional sehari-hari sekolah.
b.      Anggaran untuk pengembangan sekolah.[28]
Selain dua hal tersebut ada satu macam lagi yang perlu dialokasikan, yaitu anggaran untuk kebutuhan dan kepentingan social, baik bantuan social ke dalam maupun ke luar,[29] 

5.      Pelaksanaan Anggaran Belanja Sekolah Islam
Dalam mempergunakan anggaran, sekolah Islam tentu tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip yang telas dipaparkan sebelumnya.  Dalam pelaksanaannya manajemen keuangan ini menganut azas pemisahan tugas antara funsi otorisator, ordonatur, dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonatur adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas seggala tindakan yang dilakukan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat-surat  berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan-perhitungan dan pertanggungjawaban.[30]
Berdasarkan dengan hal tersebut dapat diterapkan panca tertib, yaitu : (1) tertib program, (2) tertib anggaran, (3) tertib administrasi, (4) tertib pelaksanaan, (5) tertib pengendalian atau pengawasan.[31]

6.      Peranan Top Manajer lembaga pendidikan Islam dalam manajemen keuangan.
Dalam peningkatan kuantitas perekonomian sekolah Islam, manajer sebuah lembaga pendidikan Islam paling tidak memiliki naluri bisnis (sense fo bussines), tentunya untuk kepentingan lembaga, bukan untuk kepentingan pribadi. Dalam naluri seorang pimpinan sekolah Islam harus bisa melihat kesempatan dan peluang dalam bagi kepentingan lembaga yang dipimpinnya, terutamma apabila dana atau uang itu telah didapatkan, seorang manajer lembaga pendidikan Islam harus bisa berusaha mengembangkanya melalui usaha-usaha produktif agar dana tersebut tidak mandeg dan habis sia-sia. Usaha tersebut bisa diwujudkan dalam usaha mandiri secara otonom maupun kerja sama dengan para pengusaha dengan pola bagi hasil. Tentu hal seperti ini memerlukan kesungguhan, keuletan, kejelian, perhitungan yang presisi, serta pengontrolan secara ketat dan peridik.[32]
Pada bagian lain manajer lembaga pendidikan Islam harus menjaga kepercayaan para pemberi dana dan juga pihak lain. Dengan begitu meraka tidak akan jera untuk membantu lembaga pendidikan Islam, bahkan diupayakan agar mereka dapat mambantu lagi. [33]   
Bagi lembaga pendidikan, perlu dilakukan proses pengawasan yang dilakukan langsung oleh para pimpinan terhadap bidang yang menggunakan keuangan walaupun secara struktural dan fungsionalnya telah ada yang bertugas untuk hal tersebut. Karena hal ini merupakan amanah yang menuntuk akuntabilitas (vertical-horizontal), maka sudah saatnya sekolah-seklolah Agama atau pesantren mampu memperhatikan pengawasan anggaran ini. Hhal ini tentu akan berakibat pada akuntabilitas para pemimpin sekolah demi menjaga kepercayaan dari semua pihak dan nama baik sekolah yang dipimpinnya.[34]   
Selain penyusunan anggaran yang tepat dan singkron dengan kebutuhan, manajer lembaga pendidikan Islam juga bertugas mengusahakan agar para bawahannya melkukan tugas dan kewajibannya dan diarahkan sesuai dengan sasaran yang telah diteteapkan terutama dalam hal keuangan. Harus bisa membuka diri untuk trasparansi.[35] 

  1. UU Sisdiknas dan Kondisi Pendanaan Pendidikan Islam 
            Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 46 ayat 1 Undang-Undang Dasar tentang Sisterm Pendidikan Nasional, “Pendanaan pendidikan menajdi tanggung jawab bersama antara pemerintah, daerah, dan masyarakat.”[36] Ketentuan ini merupakan ketentuan normatif yang menjadi payung hukum tentang tanggung jawab pendanaan bagi semua jenis pendidikan. Hanya saja, realitanya baru mulai proses paling awal bagi lembaga pendidikan swasta. Terlebih lagi, lembaga pendidikan Islam yang maoritas swasta selama ini telah menjadi korban diskriminasi kebijakan pemerintah.
Kondisi Madrasah Diniyah, Taman Pendidikan Al-Qur’an, dan pesantren lebih parah lagi. Lembaga-lembaga tersebut telah berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi kurang mendapat perhatian pemerintah, baik pemerintah pusat naupun daerah. Baru belakangan ini ada upaya dari suatu pemerintah daerah untuk memeberi tunjanagan pada Guru-Guru mengaji di lembaga-lembaga tersebut sebesar Rp. 50.000,- setahun.[37] Suatu angka yang sangat memprihatinkan memang, bahkan kalau dianggap secara emosional merupakan suatu angka yang melecehkan. Seharusnya, pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerahberupaya mengalokasikan gaji bagi mereka setiap bulan melalui pemerdayaan pendapatan pemerintah pusat dan daerah.
Jadi, tanggung jawab pendanaan pendidikan, terutama menyangkut madrasah diniyah, taman pendidikan Al-Qur’an, dan pesantren hingga sekarang ini masih belum dapat perhatian yang memadai dari pemerintah pusat atau daerah. Baru sebatas masyarakat yang memiliki kepedulian pada lembaga-lembaga tersebut dengan memberi bantuan. Jadi, amanat UU tentang Sisdiknas pasal 46 ayat 1 tersebut masih belum dilaksanakan secara memadai oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai sumber keuangan dalam konteks pendidikan.

  1. Kesimpulan dan Penutup
Tidak banyak argumentasi yang yang bisa kita soroti dari sudut materialistik pendidikan di Idonesia, pengelolaan keuangan yang akan menjadi sasaran “empuk” bagi segala pihak ini tentu akan melahirkan sekomplek kesimpangsiuran dalam pengaturan uang di negara (yang katanya) memiliki peringkat tertinggi kedua dalam masalah uang (baca: korupsi).
Dari rangkaian teoritik yang kami sajikan pada makalah ini hanya akan berotasi pada kulit luar sasaran dalam Design Madrasah (sekolah) Menjadi “Kaya”, dalam artian inti makna aplikatif “kaya” yang kita harapkan cenderung sulit tersentuh jika belum meluaskan defenitifnya dalam ruang bathin seorang pengelola Pendidikan Islam, sangat miskin sekali  jika “kaya” bagi pendidikan Islam di nobatkan sebagai setumpuk lembaran uang yang diharap-harapkan, sementara proses pencapaiannya tidak ada kejelasan dan kepercayaan yang dibangun sejak awal. Sikap berpangku tangan pada satu target donatur menjadi indikator bahwa lembaga pendidikan Islam kurang kreatif dan mandiri.
Kita tentu akan merasa bangga dengan melihat pesantren sebagai lembaga swasta murni, tetapi mampu mengembangkan sumber-suber keuangannya secara mendiri. Misalnya Pesantren Al-Zaitun Indamayu Jawa Barat, Ponpes Modern Darus Salam, Gontor-Ponorogo yang terkenal dengan pengelolahan tanah wakafnya, pesantren An-Nur Bulawang Malang dengan usaha pom bensinnya di berbagai tempat, dan masih banyak lagi lembaga-lembaga lainnya.
Disinilah kemudian kami dapat memuntahkan suatu tawaran sementara bagi lembaga pendidikan Islam, bahwa inti dari manajemen keuangan dalam pendidikan Islam dapat dikatakan “kaya” (baca: berhasil) apabila telah berusaha sekuat tenaga untuk menggali dana secara kreatif  (bahkan mandiri) dan maksimal, menggunakan dana secara jujur dan terbuka, mengembangkan dana secara produktif, dan memper-tanggungjawab-kan dana secara objektif. Bila sikap ini benar-benar dilaksanakan oleh para manjer lembaga pendidikan Islam, maka manajemen keuangan akan membantu kemajuan lembaga pendidikan yang dipimpin tersebut, bahkan lebih jauh akan memberi efek referentif bagi dunia ilmu pendidikan, bukan lagi intruktif yang dilemparkan secara bertubi-tubi oleh berbagai kalangan terhadap lembaga Pedidikan Islam.    
Demikianlah hidangan analisa kami menegnai manajemen budget Pendidikan Islam, sehingga perlu menghadirkan pertanyaan di akhir maklah ini, sudah atau belum “kaya”kah Lembaga pendidikan Islam di negeri kita yang unik ini? Jawablah secara objektif aktualitas, dan apa yang akan kita lakukan sebagai agen of change dunia Pendidikan?                 

Wallahu A’lam
     
DAFTAR RUJUKAN


Arikunto Suharsimi dan Lia Yuliana, 2000,  Manajemen Pendidikan, Yogyakarta; Aditya Media & FIP UNY.
Fattah Nanang, 2009,  Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung; Rosda.
Hikmat, 2009, Manajemen pendidikan, bandung ; Pustaka setia,
Panduan Manajemen Sekolah TEP, 1998, Direktorat pendidikan menengah Depdikbud.
Qomar Mujamil, ttp, Manajemen Pendidikan Islam Strategi baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Surabaya ; Erlangga.
Sartono R. Agus, 2001, Manajemen keuangan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta; FE UGM, Cet I.
Sulistiorini, 2009, Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi, dan Aplikasi, Yogyakarta ; Teras.
Syafaruddin, 2005,  Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat ; Ciputat Press.
Tim dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2009, Manajemen Pendidikan, Bandung; Alfabeta,
UU RI NO. 21 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, ttp, tkp : Pustaka Widyatama.


[1] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Surabaya, Erlangga, t.t.p, hlm. 163
[2] Sulistiorini, Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi, dan Aplikasi, Yogyakarta, Teras, 2009, hlm. 130
[3] Ibid.
[4] R. Agus Sartono, Manajemen keuangan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta; FE UGM, 2001, Cet ke-1,    hlm. 6.
[5] Tim dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung; Alfabeta, 2009, hlm. 257  
[6] Nanang Fatth, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung; Rosda, 2009, hlm. 47
[7] Ibid, hlm. 48
[8] Ibid, hlm. 49
[9] Ibid
[10] Ibid, hlm.50
[11] Ibid, hlm.53
[12] Tim dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan,…., hlm. 262
[13] Ibid. hlm. 263
[14] Ibid. hlm. 263
[15] Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta; Aditya Media & FIP UNY, 2000, hlm. 319-320
[16] Tim dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan,…., hlm. 265-566
[17] Ibid, hlm. 267
[18] Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta; Aditya Media & FIP UNY, 2000, hlm. 318
[19] Tim dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan,….,, hlm. 268
[20] Ibid, hlm. 269
[21] Ibid, hlm. 269
[22] Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, …., hlm. 320-321
[23] Sulistiorini, Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi, dan Aplikasi, Yogyakarta, Teras, 2009, hlm. 131
[24] Ibid, hlm. 132
[25] Ibid, hlm. 133
[26] Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat ; Ciputat Press, 2005, hlm. 268
[27] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Surabaya, Erlangga, t.t.p, hlm. 165
[28] Panduan Manajemen Sekolah TEP : Direktorat pendidikan menengah Depdikbud, 1998, hlm. 82
[29] Mujamil Qomar,… hlm. 167
[30] Sulistiorini, Manajemen Pendidikan Islam,…. hlm.134
[31] Ibid, hlm. 135
[32] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam,… hlm. 169
[33] Ibid.
[34] Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat ; Ciputat Press, 2005, hlm. 270
[35] Hikmat, Manajemen pendidikan, bandung ; Pustaka setia, 2009, hlm. 128
[36] UU RI NO. 21 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tkp : Pustaka Widyatama, tt, hlm.31 
[37] Mujamil Qomar,… hlm. 166